Tetaplah Berusaha, Meski Sering Kali Tak Di Percaya


 Eyyow, berbagi cerita check!

Anyeong! Aku adalah salah satu murid di SMAIT ARRAHMAH Lumajang yang duduk di bangku kelas 12. That's right! Kelas paling tinggi, dan paling akhir sebelum masuk perguruan tinggi.Dan di kelas 12 ini, aku menemukan banyak hal untuk dibuat pelajaran.

Pernah nggak, kalian diginiin sama guru kalian "Ayo dong, yang semangat, yang rajin, bentar lagi kuliah tapi kalian nggak bisa apa-apa, jangan kaget nanti kalo kuliah tugasnya banyak, blablabla..." Hmm.. sebenarnya sih, kayaknya itu nggak tertuju buat semua murid, tapi ke beberapa murid aja yang di anggapnya nggak bisa di pelajaran yang di ajarkan. Kenapa aku ngomong gitu? Soalnya aku mengalaminya.

Karena aku dan teman-temanku berbeda, otomatis bakatku dan mereka pun berbeda. Mungkin, emang bener aku nggak pernah bakat menjawab segala pertanyaan Matematika, Fisika, atau Kimia meski aku ngotot-ngotot buat dengerin penjelasannya guru, bahkan meski aku nantinya minta bantuan temanku untuk mengajarkan aku, ya tetap, kemampuanku nggak di situ. Butuh waktu yang lama buat paham untuk soal segampang apa pun itu.

Aku bukan pemalas, aku bukan tak mau belajar, tapi cara belajarku berbeda, aku sudah berusaha, dan yang tau seberapa tekadku berusaha, hanya Allah. Manusia mana pun tak akan tahu. Manusia hanya menilai diri kita pada saat itu saja, tidak peduli bagaimana kita berusaha sebelumnya. Aku sudah berusaha untuk terlihat baik di depan guru-guruku, tapi karena aku tak bisa apa-apa, yang di lihat hanyalah temanku. Aku pernah berusaha membuat guruku percaya, tapi percuma saja. Hanya temanku lah yang menjadi kebanggaannya.

Semua orang itu pintar, semua murid itu pintar, bisa. Tapi dengan hal yang berbeda. Nggak hanya yang bisa Matematika yang pintar, tapi yang bisa membaca puisi pun juga pintar. Semua memiliki kepintarannya masing-masing, tapi karena yang selalu di unggulkan adalah anak-anak yang jago berhitung, jadi yang suka seni tak pernah menjadi unggulan.

Dan aku baru sadar, bahwa aku adalah kelas 12 IPA. Pantas saja hanya pelajaran berhitung yang punya banyak jam.

Sekali lagi, aku berusaha. Aku sudah berusaha. Aku pernah berusaha. Aku selalu berusaha. Bahkan hingga tak jarang air mataku jatuh dan berfikir, "Apa aku sebodoh ini, apa aku tak pantas menjadi kebanggaan?"

Aku paham, dibalik semua ujian pasti ada hikmahnya. Seperti hal nya ceritaku itu, aku tidak pernah membenci siapa pun, baik itu guru-guru ku, atau teman-temanku yang selalu diunggulkan. Aku tidak pernah membencinya. Karena dengan adanya mereka memberikan sebuah pelajaran penting di hidupku. Aku juga berterimakasih kepada guru-guruku yang selalu berusaha membuatku paham, meski aku tidak paham-paham.

Oiya, aku juga pernah ingin menjadi temanku. Aku ingin merasakan bagaimana rasanya dibanggakan di bidangnya, dibakatnya. Tapi, aku saja belum menemukan apa bakatku. Meski aku sudah menemukan, tetap saja bakatku takkan pernah dilihat dan dibanggakan. Aku ingin menjadi temanku, yang meski terlihat kejelekannya masih saja dibanggakan. Aku ingin menjadi temanku yang selalu dipandang baik dan dipercaya. Tapi tidak apa-apa, aku legowo:)

Ini aku, Jihan Mufidah Rohmah. Ini aku, seorang murid dengan banyak kekurangannya. Ini aku, yang ingin menunjukkan bahwa aku mampu tapi tak pernah dilihat. Ini aku, aku berbeda dengan temanku. Karena kita berasal dari rahim yang berbeda dan dibesarkan dengan pemahaman yang berbeda. Makanya, kita memiliki bakat masing-masing.

Ini aku, dengan segala bakatku yang tak banyak orang tahu.πŸ˜‡

Oiya, aku bukan ingin menjadi murid kebanggaan. Aku hanya ingin tidak dibanding-bandingkan.

Jangan pernah lelah, jangan pernah berhenti berusaha. Tunjukkan bahwa penilaian orang terhadapmu itu salah. Tunjukkan bahwa kamu bisa.

Keep calm, and Fighting!






Komentar

  1. Tetap Semangat Jimuf...Do'a kami para asatidz/ah semua menyertai kalian kelas XII...Do the Best...Gen.3

    BalasHapus
  2. Balasan
    1. Dan selalu ada bagi orang-orang yang mau berusahaπŸ˜‡

      Hapus
    2. yap,,,,,,tanpa mengesampingkan doa

      Hapus
  3. belajar giat,
    meki tak dilihat ^_^

    BalasHapus
  4. Karena hidup itu bukan hanya Matematika tetapi bukan berarti tak butuh Matematika. Ilmu itu agung, cara Allah memuliakan manusia dengan segala keutamaannya diantara mahluk lainnya. Tidak ada yang tak manfaat dalam ilmu. Hanya kadang cara berpikir dan sudut pandang yang akhirnya mempengaruhi kita dalam memposisikan kita sehingga muncul: ini bukan bidang ku, aku tak bisa, aku sudah belajar tetapi sudah mentokkk!, padahal nayatanya tak akan ada habisnya belajar, selama jantung masih berdegub, dan Izrail belum menjemput, kata SUDAH bukan lagi menjadi alasan untuk pembenaran bahwa kita sudah belajar, atau JUDGE bahwa kita tidak bisa, sehingga kita menjadi putus asa dan akhirnya menyerah. Allah berfirman, " "Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir." (Yusuf: 87). Perbaiki niat dan cara pandang saja sudah cukup. Tinggalkan main "Ku rasa", karena rasa tidak pernah objektif, apalagi rasa tanpa ilmu. Selanjutnya barulah tawakal. Selesai.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pemberitahuan

β„π•–π•π•’π•œπ•’π•Ÿ #𝓹π“ͺ𝓻𝓽2