Tentang Kita
Assalamualaikum,
Perkenalkan saya salah satu murid dari kelas 12 MIPA.
Di sini saya akan sedikit bercerita tentang 2 buah hati yang menurut Umi cahaya mentari dimata beliau. Saat itu Umi memiliki 2 buah hati kecil dengan jarak mereka terbilang masih dekat, dikhawatirkan akan bertengkar di setiap saat. Kala itu, kakak saya meminta adik untuk diajaknya bermain dan dia meminta adik lelaki karna, enak saat diajak berpetualang. tapi, Allah berkehendak lain. Umi melahirkan seorang bayi kecil dengan berkelamin perempuan, dan benar saja kakak saya sedikit tidak senang saat tahu ternyata adik lelaki yang dia tunggu tidak kunjung datang. Dan Umi telah memberi tahu bahwa dia bukan seorang adik yang akan selalu manja pada Umi dan Abi tapi, seorang kakak yang bisa diandalkan dan bersikap dewasa. Ya, bayi itu adalah saya. Terkadang Umi khawatir akan adanya pertengkaran di antara kita seperti anak kebanyakan tapi, Umi yakin bahwa anak lelakinya mampu menanggung atas janjinya. Waktu berjalan begitu cepat, kakak telah berusia 7 tahun dan saya berusia 3 tahun. Dan saya benar-benar tak bisa lepas dari kakak, hingga suatu hari kakak berkata kepada saya bahwa, saya anak ketiga dan kakak anak kedua. Saya yang mendengar sangat marah dan saya memutuskan untuk menangis di depan Umi, dan Umi berkata bahwa kakak hanya bercanda dengan perkataannya. Umi berkata, " Mana janji mas?" kakak menunduk dan mulai berganti baju dengan kostum yang menurut saya lucu ketika kakak memakainya dengan wajahnya yang terlihat berani. Saya tak bisa menolak ajakan kakak yang mulai mengancungkan pedang dan pelindungnya, dengan wajah sedikit sembab saya mengambil pedang yang sengaja Umi beli dua untuk kami berdua bermain. Saya sangat senang saat melihat kakak tersungkur dan mulai bersembunyi di belakang sofa, " Mas curang.. Mas kalah pokoknya." Umi berkata bahwa, beliau sangat gemas melihat tingkah kita yang bertengkar kemudian berdamai dengan sendirinya. Dan terkadang saat kita bertengkar dan saya jatuh terluka atau bahkan terjepit, kakak akan berbalik dan menolong tanpa saya memintanya.. Umi sangat bahagia melihat kita akur seperti ini semenjak kecil hingga kita beranjak dewasa. Ada saatnya saya sangat merindukan sesosok kakak yang pengertian seperti kala itu. Pernah suatu ketika kita setuju akan meminta adik untuk menemani kita bermain, " Mas pingin adik laki-laki, kalau perempuan itu ngak enak.!" " Adik pingin adik perempuan soalnya, kalau laki-laki ngak bisa diajak main masak-masak." Umi hanya tersenyum mendengarkan kami saling mengungkapkan kejenuhan di antara kita, " Tapi, ingat lho setelah itu ngak ada yang manja-manja lagi. Adik juga jadi kakak, Umi bisa mengandalkan kalian kan? ngak boleh mengecewakan Umi sama Abi lho ya.." kita serempak mengangguk mantap..
Dan hari yang kita tunggu pun datang, tapi sayangnya kakak berada jauh dari kami dan yang terlahir adalah bayi lucu dengan kelamin perempuan. Dikatakan bahagia, sangat bahagia. " Mbak yang gendong adik ya, Umi belum kuat." Tak bisa kubayangkan, saat itu saya kelas 4 SD dan menggendong bayi yang baru lahir, apa bisa? " Lihat umi ya, kepalanya hati-hati ya.." saya sangat ragu akan bisa menggendongnya selamat sampai kamar Umi tapi, Umi selalu memberiku sebuah keyakinan bahwa dengan kita berani melawan rasa takut, maka rasa takut itu akan menghilang tanpa jejak. Dan akhirnya, saya ketagihan akan merawatnya dari awal hingga akhir, " Mbak, Umi mau tidur tolong adiknya ya.!" dan saat saya kelas 6 SD adik keduaku lahir dengan tangisnya yang sangat menggemaskan. Ya.. Umi selalu berkata bangga dengan kami yang selalu bisa diandalkan dan Umi selalu percaya bahwa kami adalah penerus Umi yang sangat bisa diandalkan. Dan saat keluarga kita menyatu kembali, Umi sangat senang melihat kita tumbuh semakin dewasa dan bisa diandalkan untuk menjaga adik-adiknya dikala semua orang sibuk dengan pekerjaannya. Kita memang selalu menyediakan stok tenaga ekstra untuk hari kemudian. Walaupun kita sedikit mulai sibuk dengan masing-masing kesibukan namun, Umi percaya bahwa kita bisa menjaga amanah yang kita emban dari kecil.
Hmmm.. Maaf untuk para pembaca jika, ini tak sesuai seperti yang anda inginkanπ karna, saya masih belajar menulis sesuatu seperti ini.
Dan saya ucapkan, terimakasih telah membaca cerita saya. Mohon bantuan dan bimbingan dari kalian semuaπ
Sekian, terimakasih
Wassalamualaikum..
Komentar
Posting Komentar