β„π•–π•π•’π•œπ•’π•Ÿ #𝓹π“ͺ𝓻𝓽2


 
• Jihan Mufidah Rohmah



     Kini aku bersama Ghazi, dan Daza telah bahagia bersama Velin. Hatiku tak bisa berbohong saat melihat Daza tersenyum bahagia bersama Velin. Mungkin jiwaku memang bersama Ghazi, tapi sayang hatiku tetap memilih Daza. Kadang aku merasa kasihan pada Ghazi. Ia begitu baik padaku, hanya saja cinta tak bisa dipaksakan. Aku pun memilih berhubungan dengan Ghazi karena aku tak mau berharap terlalu jauh pada Daza. Tuhan, aku harus bagaimana? Batinku waktu itu.
     Suatu hari, Daza mempunyai inisiatif untuk mengadakan double date bersama aku dan Ghazi. Belum sempat ku iyakan, Daza sudah berlalu. Sebenarnya aku ingin menolak, karena tak sanggup nantinya melihat kemesraan Daza dan Velin. Tapi tak apalah, aku akan membuktikan kalau aku sudah tak lagi mengharapkan Daza.
Datanglah hari itu. Aku dan Ghazi berjalan beriringan menuju sebuah cafe. Disitu sudah tampak ada Daza dan Velin.
" Hey Lin, Zi.. " sapa Daza. Aku dan Ghazi pun segera duduk berhadapan dengan mereka.
" Eh mau pesen apa nih, " tanya Velin sambil menyodorkan menunya.
" Nasi goreng keju nggak pake telur, " sahutku berbarengan dengan Daza. Velin dan Ghazi pun terdiam. Suasana menjadi hening. Ya, itu adalah menu Favorite ku dan Daza. Ah sial... Kenapa gue pesen itu sih, udah tau Daza bakal pesen itu juga. Batinku kesal.
" Eh nggak jadi deh, gue pesen steak ayam aja. " Daza mengalah. Akhirnya pesanan pun datang. Dan tepat di hadapanku, ku lihat dengan mata kepala ku sendiri, Daza terlihat sangat perhatian pada Velin. Aku dibakar api cemburu. Aku tak sanggup melihat mereka. Ternyata perasaan itu belum hilang. Perasaan yang sudah ku pelihara sejak hampir 1 tahun itu. Aku masih mencintai Daza, tak peduli aku sudah bersama Ghazi sekarang.
" Eh Lin, kok nggak dimakan nasi gorengnya? " Tanya Ghazi memecahkan lamunanku.
" Eh, anu aku lupa kalo ada janji sama kakakku buat nganterin dia ke toko buku. Aku pulang duluan ya, " pamitku.
" Yaudah aku anterin ya, " tawar Ghazi. Aku tak merespon apa-apa. Toh dia mengikutiku dari belakang. Sebenarnya aku berbohong, saat aku mengatakan kalau aku mau mengantarkan kakakku ke toko buku. Aku hanya tak ingin hatiku tersayat-sayat lebih hancur dari sebelumnya.

***
     Waktu berjalan begitu lama. Sudah 5 bulan aku berhubungan dengan Ghazi. Begitupun Daza yang masih berhubungan dengan Velin. Tapi biasanya, aku dan Daza masih suka kontak-kontak an lewat WhatsApp. Tapi dia udah nggak sereceh dulu lagi. Kini aku yang selalu mencairkan suasana, mencari bahan untuk topik pembicaraan, tak akan ku biarkan chattku dengannya berakhir. Tapi percuma saja, seberusaha apa pun aku, dia hanya menganggapku sebagai sahabatnya.
      Enam bulan sudah. Semua berjalan dengan semestinya, hingga aku mendengar percakapan kecil teman-temanku yang mengatakan bahwa Daza dan Velin sudah tidak berhubungan lagi. Aku segera menghubungi Daza. Menanyakan tentang perihal itu, apakah benar beritanya.
" Eh za, emang bener lo udah nggak sama Velin lagi? " 
" Kalo iya kenapa, kalo enggak kenapa? "
" Ya nggakpapa, gue cuma tanya. Kok lo nggak cerita ke gue sih, "
" Ah udah lah Lin, males gue bahas itu. "
     Akhirnya, Daza kembali sendirian. Ia tak punya hubungan dengan siapa-siapa lagi. Tapi, aku sudah bersama Ghazi. Dan aku nggak mungkin meninggalkannya. Dia terlalu baik untuk ku tinggalkan. Dia nggak pernah melakukan kesalahan fatal yang menyebabkan aku untuk meninggalkannya.
Tapi dibelakang Ghazi, diam-diam aku dekat dengan Daza lagi.
***


πš‘πšŽπšžπš’ 𝚐𝚞𝚒𝚜, πšœπšŠπš‹πšŠπš› πšπšžπš•πšž 𝚒𝚊.. πšπš’ πš™πšŽπš—πšπš’πš—πš πšπšžπš•πšž πšŒπšŽπš›πš’πšπšŠπš—πš’πšŠ. π™±πš’πšŠπš› πš–πšŠπš”πš’πš— πš™πšŽπš—πšŠπšœπšŠπš›πšŠπš—. π™·πšŽπš‘πšŽ :𝚟

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pemberitahuan